Senin, 16 Januari 2012

Segala Nikmat Hanya Karena-MU

Terdengar lantunan murrathal... merdu, menentramkan hati. Kebiasaanku kini mengawali hari dengan mendengarkan lantunan ayat suci sambil beraktivitas di dapur, menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga kecilku...
Fabi ayyi aalaa irabbikumaa tukadzdzibaan... Hmm... surat ar-Rahman gumamku pelan. Indahnya lantunan ayat Al Quran... hatikupun bergetar karenanya, kucoba merenungi maknanya dan bermuhasabah...
Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?
Subhanallah... dalam surat ar-Rahman Allah menanyakan hal ini hingga 31 kali! Mengapa gerangan Allah bertanya “Maka nikmat Tuhanmu mananakah yang kamu dustakan?” hingga 31 kali? Tidak lain karena kita, manusia sungguh telah mendustakan nikmat Allah. Betapa banyak kita mendapat limpahan nikmat dari Allah, tapi kita ternyata mendustakannya...

Astaghfirullhaldziim... Padahal Allah telah berfirman “Kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada Hari itu tentang kenikmatan di dunia itu.” (QS. At-Takasur [102] : 8)
Yaa Allah... alangkah buruknya perbuatan hamba, betapa seringnya diri ini mengeluhkan secuil masalah, mendustakan nikmat-Mu, lalai mengingat dan bersyukur kepada-Mu, padahal setiap detiknya kunikmati limpahan kasih sayang-Mu, aku bergelimang nikmat-Mu... Kedua mata ini dapat melihat karena-Mu, telinga ini dapat mendengar karena-Mu, masih kuhirup nafas segar karena-Mu, jantung ini masih berdetak karena-Mu, kurasakan indahnya Islam juga karena-Mu...
Segala nikmat yang ada padaku datangnya dari-Mu,karena-Mu... Bahkan sungguh aku tak sanggup menghitungnya... Katakanlah, “Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah Tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikkan kepadamu? Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan berulang-ulang kepada mereka tanda kekuasaan Kami, tetapi mereka tetap berpaling.” (QS. Al-An’am [6] : 46)
Malu, sungguh malu rasanya bila mengingat Rasulullah saw yang selalu melakukan Qiyamul lail hingga kakinya bengkak, hanya karena ingin menjadi hamba yang bersyukur... Dalam sebuah riwayat Aisyah r.a bercerita, Pada suatu malam Rasulullah saw mendatangiku dan berkata, “Biarkanlah aku menyembah Rabbku.” Maka beliau bangkit berwudhu dan shalat. Beliau menangis sampai air matanya mengalir di dadanya, kemudian rukuk dan menangis, kemudian sujud dan menangis, kemudian mengangkat mukanya dan menangis. Dan beliau tetap dalam kondisi seperti itu sampai Bilal mengumandangkan adzan Shalat. Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang membuat Engkau menangis padahal Allah sudah mengampuni dosa yang lalu dan yang akan datang?” Rasulullah saw lantas berkata, “Tidak bolehkah aku menjadi hamba Allah yang bersyukur?”
Teringat pula tausiyah ustadz dalam suatu kesempatan pengajian. Dikisahkan di hari akhir ada seorang soleh yang akan dihisab. Dengan penuh percaya diri ia berkata, “Ya Allah, hisablah aku terlebih dahulu berdasarkan amalku. Dia sangat yakin akan amal salehnya yang banyak karena semasa hidupnya ia sangat rajin beribadah... Diapun dihisab Allah, dan benar saja, timbangan amalnya memang sangat berat. Kemudian Allah berkata, sekarang mari kita timbang nikmat-Ku kepadamu. Pertama kali kita timbang nikmat sebelah mata yang kuberikan untukmu. Setelah ditimbang ternyata berat timbangan nikmat sebelah mata mencapai setengah dari berat timbangan amal yang dilakukan orang soleh tadi! Subhanallah... ternyata ibadah kita seumur hiduppun tak kan mampu menandingi banyaknya nikmat Allah yang dilimpahkan kepada kita!
“Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah engkau limpahkan kepadaku dan kedua ora